Dream Template

PETA DAN ANCAMAN KONFLIK DI INDONESIA

Dicatat oleh arlisbest Khamis, 1 Ogos 2013


1
PETA DAN ANCAMAN KONFLIK DI INDONESIA
Kajian Pengembangan Mata Diklat Resolusi Konflik
Pada Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dan III
Oleh: Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si
Abstrak
Masyarakat dihadapkan dengan pluralisme budaya, namun perbedaan itu masih
menjadi beban dan bukan kekuatan. Hal itu terjadi terutama terutama karena
menyebarnya hasrat elit dan pemimpin politik untuk mempertahankan kekuasaan. Para
pemimpin dan elit politik justru suka membangun identitas sebagai penanda sekaligus
pembeda, seraya menumbuhkan kebencian terhadap kelompok yang memiliki identitas
lain. Perbedaan kemudian diartikan sebagai ancaman dan rasa tidak aman bagi yang
lain. Bagi pemegang identitas kultural dan ideologis mayoritas atau yang memperoleh
back up elit dominan, mereka berambisi mempertahankan posisinya dan tidak segan
bertindak diskriminatif dan bahkan acapkali memilih kekerasan. Setidaknya cenderung
memilih prosedur non-konvensional, seperti mengerahkan massa dalam
menyelesaikan masalah. Cara menyelesaikan masalah sesuai prosedur yang disepakati
dikesampingkan. Sumber-sumber konflik dan kekerasan, terutama konflik dan
kekerasan yang bersumber dari struktur sosial dan ekonomi juga belum terbenahi.
Justru deprivasi sosial melebar. Masyarakat yang semula hanya mengalami deprivasi
relatif, justru berubah mengidap deprivasi progresif. Sebenarnya konflik di Indonesia
bisa dijadikan sebagai sejarah masa lalu jika masyarakat dapat dihindarkan dari
deprivasi sosial dengan menghapus struktur deprivative.
 
Keywords:  pluralisme budaya; hasrat elit; identitas kultural dan ideologis; deprivasi
relatif; deprivasi progresive; struktur deprivative.
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Konflik rupanya belum merupakan masa lalu bagi masyarakat Indonesia. Ke depan
kawasan yang berpenduduk lebih 200 juta ini masih berpeluang untuk mendapat suguhan
konflik dengan berbagai intensitas yang beragam yang dipicu oleh berbagai alasan, apakah
ras, bahasa, agama dan berbagai perbedaan budaya masyarakat. Belum ada yang dapat
memberi jaminan bahwa sejumlah konflik yang selama ini berlangsung dengan cara-cara
anarkis akan bisa diakhiri, ditutup, dan dijadikan sebagai sejarah masa lalu. Konflik yang
bercorak vertical maupun horisontal masih merupakan ancaman. Masalahnya, selama ini
belum ada perubahan struktural maupun kultural yang signifikan dan memiliki dampak
positif dalam pembentukan kohesi sosial.
Adalah Jonathan Swift seorang penulis dan satiris, menggambarkan sosok manusia
dalam pandangan yang sangat sinis. Ia menggambarkan manusia sebagai “the most
pernicious race of odious vermin that nature ever suffered to crawl upon the surface of the
earth,”  ras dari kumpulan hama najis yang paling merusak yang penuh dengan
penderitaan yang melata di atas permukaan bumi." Pandangan sinis itu muncul setelah ia
melihat begitu banyaknya konflik yang memenuhi peta dunia dengan beberapa tindakan 2
biadab yang dilakukan manusia terhadap yang lain (baik di Bosnia, Irlandia Utara,
Rwanda, atau sejumlah negara lain). Konflik-konflik itu didasarkan pada berbagai alasan,
seperti ras, perbedaan agama (misalnya, Irlandia Utara, sebagian besar dari bekas
Yugoslavia), pada bahasa (misalnya, Belgia), atau pada berbagai kombinasi. Keragaman
fenomena penyebab  potensial bagi lahirnya konflik antarkelompok itu termasuk
prasangka, ketidakadilan, pelestarian diskriminasi, ketidaksetaraan, penindasan,
pembersihan etnis, dan genosida.
b. Rumusan Masalah
1) Bagaimana peta dan ancaman konflik di Indonesia?
2) Apa penyebab utama terjadinya konflik di Indonesia?
3) Bagaimana cara menjadikan konflik sesama warga dijadikan masa lalu oleh
banagsa Indonesia?
c. Tujuan Penulisan
1) Memahami peta dan ancaman konflik di Indonesia.
2) Mendeskripsikan penyebab utama terjadinya konflik di Indonesia.
3) Mendeskripsikan upaya menjadikan konflik sesama warga dijadikan masa lalu
oleh banagsa Indonesia.
II. Penyebab Konflik di Indonesia
a. Demonstration effect
Kecenderungan struktur masyarakat belum menopang upaya pengembangan kohesi
dan integrasi sosial. Jumlah masyarakat yang miskin dan mengalami deprivasi ekonomi
kian meningkat. Keinginan mereka semakin kuat untuk dapat ikut menikmati kehidupan
berkecukupan. Keinginan itu tumbuh sejalan dengan gaya hidup berkecukupan (affluent
style ) yang diperlihatkan sejumput elit ekonomi politik yang memerintah maupun yang
bukan memerintah secara demonstratif. Sementara mereka tidak cukup memiliki
kemampuan mengakses sumber-sumber perubahan ekonomi dan politik. Mereka hanya
bisa menonton sedikit orang,  mendemonstrasikan affluent style yang di antara mereka
memperolehnya dari cara kerja ’yang tidak jelas’ tapi ’berpendapatan jelas.’
Struktur yang mengundang munculnya deprivasi relatif seperti itu, dalam banyak
penelitian membuktikan sebagai penyebab yang efektif bagi lahirnya konflik, perpecahan,
disintegrasi dan bahkan kekerasan (Galtung, 1999:43). Seberapa bagusnya kultur dan
ideologis masyarakat, jika struktur deprivatif dan eksploitatif terus berlangsung akan sulit
menyelesaikan konflik dan membangun kohesi sosial. Padahal selama ini dilihat secara
kultural masyarakat masih secara aktif mereproduksi simbol-simbol kultural dan ideologis
namun berpotensi konflik. Masyarakat melakukan pembentukan identitas kultural dan
penyeragaman secara internal kelompok, seraya menganggap identitas kultural dan
ideologis kelompok lain dengan prejudice atau bahkan sebagai ancaman.
Seharusnya perbedaan kultural bisa menjadi kekayaan. Namun faktanya perbedaan
cenderung berubah menjadi beban. Masalahnya, identitas kultural dibangun bukan untuk
memperkokoh ikatan komunal melainkan fanatisme kelompok, seraya ditanamkan asumsi
kelompok lain sebagai unchoosen people. Pandangan seperti ini sangat mudah
dimanipulasi menjadi kekuatan konflik. Pihak-pihak tak bertanggung jawab, elit ekonomi
yang punya uang dan elit politik yang punya kekuasaan, tapi bermental primitive bisa
mengeksploitasi pandangan prejudice itu untuk memenuhi ambisi politik atau ekonomi 3
mereka. Cukup dengan cara menyebar sejumlah isu demagog –kebencian kepada orang
yang beridentitas lain (asing). Dengan cara demikian, massa deprivatif dan berpandangan
prejudice itu akan mudah diubah menjadi the anger people –massa yang marah dan
anarkis yang bisa membumi hanguskan berbagai aset publik –aset pemerintah, pendidikan,
rumah yatim, aset keagamaan dan juga aset perorangan dalam waktu sekejap (Lebih jauh
lihat Haryatmo tentang agama dan penyeragaman identitas, 2004:242-243 dan tentang
demagogy hal. 110-111).
b. Melebarnya struktur deprivasi
Peta konflik yang berkait dengan perebutan eksploitasi ekonomi di Indonesia juga
masih terjadi. Konflik diwarnai dengan ketegangan antara buruh dan majikan, petani
dengan pengelola perkebunan, di beberapa daerah seperti Blitar, Lumajang, dan Madiun.
Demikian juga di Bojonegoro antara mereka yang merasa diuntungkan dengan eksploitasi
minyak Blok Cepu dengan mereka merasa tidak diuntungkan. Di Pasuruan masih
menyimpan sejumlah ketegangan untuk memperebutkan batas lahan eksploitasi
penangkapan ikan.
Hampir semua konflik bermotive perebutan ruang ekonomi –persaingan
memperebutkan jabatan, lahan, sumberdaya, buruh, pasar dan profit. Adalah Christine
Alder (1999) yang meneliti korelasi antara kriminalitas dengan ketimpangan ekonomi. P
Penelitian Currie menunjukkan bahwa kriminalitas ada hubungannya dg
ketimpangan ekonomi. Currie mencatat begini, “....it has exacerbated the social
disintegration of the cities, and in the process it has produced another generation of
increasingly damaged and alienated young people. In short, it has accelerated a humanecological disaster of almost unprecedented proportions. Our cities are in a terrible mess;
and it is no longer possible to hide that fact, or to blame it credibly on the leniency of our
justice system or on the demoralizing largesse of an overactive government.” Currie
mencatat disintegrasi sosial di perkotaan terus berkembang dan dalam proses itu telah
menghasilkan satu generasi muda semakin rusak dan terasing. Transformasi kehidupan di
perkotaan seperti itu telah mempercepat bencana ekologis manusia dalam kapasitas dan
proporsi yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya. Kota-kota kita berada dalam
kekacauan yang mengerikan, dan itu tidak mungkin lagi untuk menyembunyikan fakta
bahwa, atau menyalahkan hal itu sepenuhnya kepada ringannya sistem peradilan kita atau
pada demoralisasi pemerintah yang overacting (Currie, 1985: hal 7-8).
Mereka yang relative miskin lebih berpotensi kriminal dibanding miskin absolut
(Lihat Belknap, 1989, dalam Stan Stojkovic, David B. Kalinich, John Klofasm, hal. 51).
Semakin jauh jarak ekonomi semakin tinggi kriminalitas, apalagi jika disertai dengan
perbedaan ras. Deprivasi relative lebih berpeluang melakukan kekerasan daripada
deprivasi absolut. Dengan demikian redistribusi pendapatan berkorelasi dengan
munculnya konflik dengan kekerasan.
Perkembangan sistem ekonomi kapitalis belakangan semakin menambah tekanan
masyarakat miskin. Mereka yang selama ini hanya mengalami deprivasi relative lalu
berubah menjadi deprivasi progresif, terutama di kalangan petani marginal, pedagang
kecil, buruh dan nelayan. Mereka dipaksa dan dengan susah payah mencoba beradaptasi
terhadap persebaran gaya hidup dan model ekonomi kapitalistik yang sudah memasuki
tataran lanjut. Tentu saja mereka dengan susah payah melakukan adaptasi, dan yang
terjadi kemudian adalah kegagalan demi kegagalan. Mereka ini lalu menjadi kelompok
yang dengan mudah melakukan tindak kekerasan.  Kekerasan adalah penggunaan 4
kekuatan secara tidak sah atau tanpa kewenangan untuk mempengaruhi keputusan yang
bertolak belakang dg keinginan atau kemauan orang lain.
Kelompok deprivasi, terutama deprivasi progresif akan mudah dimobilisasi elit
untuk melakukan perlawanan dan bahkan kekerasan menghadapi politik lawan. Biasanya
elit dan pemimpin politik memulai dengan memanipulasi perbedaan dan kondisi
psikologis mereka yang rentan untuk melakukan kekerasan. Mereka membangun identitas
yang menjadi penanda sekaligus pembeda. Elit membentuk berbagai simbol, identitas,
penanda seperti bahasa, pakaian, warna, dan lambang-lambang lainnya. Elit politik
mereproduksi istilah seperti cara salam, membuka dan menutup pidato. Perbedaan
identitas itu lalu digunakan untuk membedakan kelompoknya dengan kelompok lain.
Pembentukan identitas seperti itu sebenarnya sesuatu yang biasa, terutama dalam
dunia bisnis. Identitas yang unik, khas, dan tidak ada bandingannya, diperlukan dalam
upaya menarik perhatian kepada customer. Namun, pembentukan identitas satu kelompok
masyarakat dengan kelompok yang lain sebenarnya juga tidak menjadi masalah, kalau
perbedaan itu dihadapi dengan sikap matang dan dewasa. Justru di tengah perbedaan dan
keanekaragaman itu kehidupan menjadi semakin menarik dan menggugah inspirasi untuk
berbuat lebih kreatif. Namun, perbedaan identitas akan menjadi masalah ketika disikapi
dengan cara kekanak-kanakan. Jika masyarakat bersikap tidak dewasa menghadapi
perbedaan, maka perbedaan akan dianggap sebagai ancaman.
Perbedaan yang acapkali sebenarnya tidak distingtif ini direproduksi lalu
dieksploitasi untuk menciptakan kebencian laten. Perbedaan yang tidak signifikan bisa
diubah menjadi triger untuk melakukan kekerasan terhadap kelompok lain. Dengan
demikian elit sebenarnya yang acapkali memobilisasi perbedaan itu untuk meraih
dukungan dalam rangka mencari dan mempertahankan kekuasaan (Lebih jauh baca
Ohmae, 2002: 14-15).  
III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Masyarakat dihadapkan dengan pluralisme budaya. Namun sayangnya, perbedaan
itu masih menjadi beban. Masyarakat Indonesia masih belum bisa menjadikan konflik
sebagai kekuatan. Hal itu terjadi terutama terutama karena menyebarnya hasrat elit dan
pemimpin politik untuk mempertahankan kekuasaan. Hasrat itu sering tanpa disertai
komitmen membangun kebaikan bersama. Para pemimpin dan elit politik justru suka
membangun identitas sebagai penanda sekaligus pembeda, seraya menumbuhkan
kebencian terhadap kelompok yang memiliki identitas lain. Oleh karena itu perbedaan
kemudian diartikan sebagai ancaman dan rasa tidak aman bagi yang lain.
 Bagi pemegang identitas kultural dan ideologis mayoritas atau yang memperoleh
back up elit dominan, mereka dipenuhi dengan ambisi mempertahankan posisinya. Untuk
itu tidak segan-segan bertindak diskriminatif. Mereka bahkan acapkali memilih cara-cara
kekerasan atau setidak-tidaknya prosedur non-konvensional, seperti dengan cara
mengerahkan massa dalam menyelesaikan masalah. Cara-cara politis, hukum, dan
prosedur yang disepakati dikesampingkan.
 Masyarakat Indonesia masih menghadapi ancaman konflik disertai kekerasan.
Pasalnya, elit politik di Indonesia belum berhasil memperbaiki sumber-sumber konflik dan
kekerasan, terutama konflik dan kekerasan yang bersumber dari struktur sosial dan
ekonomi. Struktur yang ada justru memperdalam deprivasi sosial. Masyarakat yang
semula hanya mengalami deprivasi relatif, justru berubah mengidap deprivasi progresif.  5
Masyarakat yang mengalami deprivasi dipandang oleh elit politik sebagai ancaman
dan penyebab timbulnya rasa tidak aman. Mereka mencurigai masyarakat sewaktu-waktu
akan menjarah dan membakar kekayaan atau aset yang mereka miliki. Sebaliknya,
masyarakat yang mengalami deprivasi juga memandang elit sebagai penyebab timbulnya
rasa tidak aman. Masyarakat beranggapan elit lebih berpihak kepada yang kuat. Petani
yang ringkih dan lemah, merasa tidak terlindungi ketika menghadapi kelangkaan pupuk
dan harga yang rendah. Oleh karena itu begitu muncul pemicu sedikit saja masyarakat
yang ringkih dan lemah itu akan manfaatkannya  dengan cara menjarah, merusak,
membakar dan melakukan berbagai bentuk anarki lainnya.
Tegasnya, konflik di Indonesia akan bisa dijadikan sebagai sejarah masa lalu jika
masyarakat dapat dihindarkan dari deprivasi sosial. Dengan demikian perbaikan struktur
sosial, ekonomi dan politik merupakan prasyarat untuk menghindarkan diri dari konflik
dan kekerasan. Dengan menghapus struktur deprivative akan mengubah pluralisme
kultural maupun ideologis sebagai kekayaan. Persoalnnya sekarang tergantung pada sikap
dan komitmen elit, karena sesungguhnya ’agama’, ’ideologi,’ preferensi dan perilaku
massa tergantung pada komitmen elit.
b. Saran
1) Kepada masyarakat diharapkan mau belajar membiasakan diri menghadapi
pluralisme budaya.
2) Kepada mereka yang berada di lapisan elite, terutama elite yang berkuasa,
disarankan agar tidak hanya sebatas memanuhi hasrat mempertahankan kekuasaan,
tetapi hendaknya juga disertai dengan upaya membangun komitmen membangun
kebaikan bersama.
3) Para pemimpin dan elit politik dipersilahkan saja untuk membangun identitas
sebagai penanda sekaligus pembeda, namun jangan identitas itu kemudian
dijadikan sebagai alat menumbuhkan kebencian terhadap kelompok yang memiliki
identitas lain.
4) Kepada mereka yang menjadi bagian dari pemegang identitas kultural dan
ideologis mayoritas atau yang memperoleh back up elit dominan, disarankan untuk
belajar menghindari tindakan diskriminatif apalagi menggunakan cara-cara
kekerasan atau setidak-tidaknya prosedur non-konvensional, seperti dengan cara
mengerahkan massa dalam menyelesaikan masalah.
5) Disarankan kepada semua pihak untuk menjunjung penyelesaian hukum, dan
prosedur yang disepakati setiap kali menghadapi konflik dan menyelesaikan
masalah.
6) Disarankan kepada elit politik di Indonesia agar bersungguh-sungguh memperbaiki
sumber-sumber konflik dan kekerasan, terutama konflik dan kekerasan yang
bersumber dari struktur sosial dan ekonomi dengan melakukan perbaikan struktur
sosial, ekonomi dan politik sehingga tidak terjadi struktur deprivative.
7) Kepada elite berkuasa hendaknya disadari persoalnnya sekarang tergantung pada
sikap dan komitmen elit, karena sesungguhnya ’agama’, ’ideologi,’ preferensi dan
perilaku massa tergantung pada komitmen elit membangun kebersamaan. 6
Pustaka Bacaan
Currie,  Elliott
Confronting Crime: Looking Toward The Twenty-First Century, New York:
Pantheon.(1985), http://courses.missouristate.edu/KarlKunkel/SOC540/currie.pdf
Hewstone, Miles And Ed Cairns,
Social Psychology And Intergroup Conflict, http://studikonflik.blogspot.com/,  A p r i l
0 7 ,  2 0 0 6
Ohmae, Kenichi
The End of the Nation State: The Rise ofRegional Economies (London: Harper Collins,
1996 ).
--------,
The Borderless World: Power and Strategy in the Global Marketplace, 2002
Stan Stojkovic, David B. Kalinich, John Klofas
Criminal Justice Organizations: Administration and Management, Cengage Publishers,
2012

Begini Cara Yahudi Amerika dukung Israel

Dicatat oleh arlisbest Isnin, 17 Disember 2012



Para pengguna internet di Mesir serukan umat Islam mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan kelompok Yahudi Amerika untuk mendukung Israel dalam setiap peperangan. Situs Israel melansir 54 cara untuk mendukung Israel yang jika cara ini dibalik, seharusnya bisa bermanfaat untuk mendukung perlawanan Palestina.

Dalam surat elektronik yang dikirim kepada Islamonline disebutkan, sejumlah naskah yang menyeru agar kaum Muslimin melihat bagaimana cara-cara yang dilakukan Yahudi Amerika meraih dukungan dalam perlawanannnya menghadapi perlawanan umat Islam.

Dalam situs Yahudi AS itu disebutkan beberapa cara yang sebenarnya justru bisa menjadi bumerang bagi Israel. Misalnya saja, salah satu cara mendukung Israel adalah dengan memasarkan berbagai produk Israel. Cara ini bisa dibalikkan dengan aksi pemboikotan seluruh produk Israel dan AS.

Beberapa cara yang dilakukan Yahudi AS dari 54 cara mereka, adalah:

1. Bicaralah dengan suara lantang, jadilah duta Israel jika Anda melihat ada orang yang menyerang Israel di internet, di koran, dan di setiap tempat.

2. Carilah informasi tentang Israel. Ikuti terus menerus pemberitaan koran Israel dan kenali informasi sejarah Israel dari buku-buku.

3. Do’a. Berdoalah terus menerus untuk para pemimpin Israel dan agar mereka bisa menguasai bumi, juga untuk para korban yang terkena akibat perang, juga untuk pasukan kita agar Tuhan menghancurkan orang-orang yang melakukan serangan bunuh diri terhadap kita.

4. Jalin komunikasi dengan rekan-rekan Anda di Israel agar Anda turut mendukung mereka dan membangkitkan keberanian mereka untuk menetap di Israel.

5. Tolaklah semua informasi miring tentang Israel. Media massa adalah sarana paling efektif untuk mempengaruhi opini umum dan kebijakan politik di suatu tempat.

6. Berdermalah untuk Israel secara rutin, setiap hari.

7. Kasihanilah korban “terorisme”, bayangkan jika anda yang menjadi korban seperti mereka. Perhatikan terus menerus para korban dan tolonglah mereka.

8. Ziarahlah ke Israel, dan dorong berbagai institusi wisata untuk datang ke Israel. Keluarkan apa yang engkau bisa keluarkan secara ekonomi untuk mendukung ekonomi Israel. Bicaralah kepada siapa yang Anda kenal tentang keindahan Israel. Tanamkanlah syiar, “Wisata untuk perang melawan terorisme”.

9. Letakkan bendera Israel di setiap tempat, di rumah, di mobil, di kantor, agar orang semua tahu bahwa Anda mencintai dan mendukung Israel.

10. Kurangi penggunaan minyak, karena bergantung pada minyak Arab akan mempengaruhi politik negara dan juga AS.

11. Gelar demonstrasi dukung Israel. Ini akan menarik perhatian publik dunia dan politisi yang akan mendukung Israel.

12. Kenali musuhmu. Dunia Arab dan dunia Islam ada yang berbahasa Inggris dan ada yang berbahasa Arab. Dapatkan informasi dan peta apa yang mereka ungkapkan tentang pembantaian di Israel di sejumlah situs internet (disebutkan beberapa situs).

13. Bersatu. Jika Anda berbeda pendapat dan berdebat, kita akan dikalahkan oleh musuh. Maka hindari perdebatan karena inilah cara yang benar untuk mengembalikan pembangunan Jerussalem dan jangan ada satu orangpun dari kita yang menghalangi terwujudnya cita-cita ini.

14. Sebarluaskan dan ajarkan banyak orang tentang holocaust, pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman, agar kita bisa mengambil pelajaran dari masa lalu.

15. Datanglah ke perwakilan Anda di Washington. Duduklah bersama mereka untuk membicarakan apa yang terjadi di Timur Tengah.

Dan berbagai cara lain yang diurai secara teknis dalam situs aish.com. Para pengguna internet Islam asal Mesir mengajak kaum Muslimin memperhatikan kiat-kiat mereka menggalang dukungan untuk Israel, jika kata-katanya dibalikkan, bisa menjadi bagian dari kiat-kiat kaum Muslimin menggalang dukungan bagi perlawanan terhadap Israel.

Tujuan akhir koalisi di Libia tak jelas

Dicatat oleh arlisbest Sabtu, 2 April 2011


Pesawat-pesawat koalisi Barat menggempur berbagai sasaran di Libia

Operasi untuk menegakkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 ini berkembang seperti diperkirakan setelah diawali oleh pesawat-pesawat Prancis yang melancarkan tembakan pertama.

Tujuan awal adalah untuk melumpuhkan kemampuan dan menghancurkan sistim pertahanan terpadu Libia, yang sebagian besar berpusat di sekitar ibukota Tripoli dan Libia bagian barat.

Rudal jelajah ditembakkan dari kapal perang Amerika Serikat dan kapal selam di Laut Tengah.

Kapal selam Inggris jenis Trafalgar juga terlibat.

Demikian pula jet GR4 Tornado milik Angkatan Udara Inggris.

Mereka terbang bolak-balik dari pangkalan mereka di Inggris untuk meluncurkan rudal Storm Shadow ke sasaran pertahanan udara Libya.

Storm Shadow adalah rudal jangka panjang yang bisa diluncurkan jauh di luar jangkauan pertahanan udara lawan.




Pesawat pembom Stealth milik Amerika Serikat juga digunakan untuk mengebom sekitar 40 bom di pangkalan udara Libia.

Semua ini dimaksudkan untuk menegakkan zona larangan terbang.

Panglima angkatan bersenjata Amerika Serikat, Laksamana Mike Mullen, sudah mengumumkan bahwa zona larangan terbang sudah dicapai meskipun mungkin masih ada hal yang perlu dilakukan.

Perlindungan warga sipil
Pesawat Stealth Amerika juga digunakan untuk menjatuhkan 40 bom di pangkalan udara Libia
Tank dan artileri pasukan Kolonel Gaddafi tampaknya sekarang menjadi sasaran utama serangan koalisi setelah dilaporkan mereka melanggar resolusi PBB dengan melanjutkan serangan terutama di sekitar kota Misrata.

Tampaknya Gaddafi berniat untuk maju secepatnya ke kota-kota yang dikuasai para pemberontak sehingga mereka lebih sulit menjadi sasaran dari udara, karena tujuan utama koalisi adalah melindungi warga sipil.

Tujuan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 adalah jelas: gencatan senjata dan mengakhiri serangan pasukan pro-Gaddafi terhadap warga sipil dan tempat-tempat pemukiman padat.

Resolusi tidak secara terang-terangnya menyerukan pergantian rezim meskipun banyak ruang untuk operasi militer bagi perlindungan warga sipil.

Beberapa kalangan beranggapan bahwa Kolonel Gaddafi dan para jenderalnya mungkin bisa dipertimbangkan sebagai sasaran.

Namun tidak semua sependapat.

Pertanyaan politik
Namun seberapa jauh koalisi bersedia bertindak? Mereka harus secara hati-hati merancang aturan perang namun yang masalah yang sebenarnya adalah politik dan bukan militer, kata wartawan BBC Jonathan Marcus.

Salah satu kemungkinan hasilnya adalah kekalahan pasukan Gaddafi dan mereka menarik diri dari kota-kota yang dikuasai pemberontak sehingga terjadi kebuntuan.

Setelah serangan militer koalisi, Kolonel Gaddafi mungkin tidak lagi mampu melancarkan serangan.

Namun pemberontak juga tidak punya kapasitas untuk menantang kekuasaannya di kawasan barat negara itu.

Ini bukan akhir yang diinginkan oleh Washington, London maupun Paris. Ketiga negara itu menghendaki Kolonel Gaddafi tergulingkan.

"Warga Libia harus bisa menentukan nasibnya sendiri, " kata Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.

Libia: korban sipil serangan udara

Dicatat oleh arlisbest Jumaat, 1 April 2011

Para korban tewas di Libia sedang disholatkan sebelum dikebumikan



Tujuh warga sipil tewas dan 25 luka-luka dalam serangan udara koalisi terhadap konvoi pro-Gaddafi di Libia timur, kata seorang dokter di sana kepada BBC.


Dr Suleiman Refardi mengatakan, serangan hari Rabu itu terjadi di desa Zawia al-Argobe, 15 km dari Brega.

Gempuran itu menghantam satu truk yang membawa amunisi, dan ledakannya menghancurkan dua rumah yang berdekatan.


Semua yang tewas berusia antara 12 sampai 20 tahun, kata Dr Refardi. Nato mengatakan pihaknya menyelidiki klaim ini.

Berita ini muncul pada saat pemimpin oposisi, Mustafa Abdul Jalil, mengatakan pemberontak setuju gencatan senjata jika tentara Kol Muammar Gaddafi mundur dari kota-kota.

"Kami setuju gencatan senjata dengan syarat bahwa saudara-saudara kami di kota-kota di wilayah barat diberi kebebasan untuk menyatakan pendapat dan juga tentara yang mengepung kota-kota itu menarik diri," katanya di depan jumpa pers di Benghazi yang menjadi kubu pembrontak.

Tetapi dia mengatakan pemberontak tidak surut dari tuntutan mereka agar Kol Gaddafi turun dari posisinya.

'Tidak ada marah'

Para pendukung Muammar Gaddafi berunjuk rasa di Tripoli

Dr Refardi mengatakan kepada BBC bahwa konvoi pemerintah Libia itu mencakup sejumlah tank, artileri dan truk-truk yang mengangkut amunisi.

Tembakan langsung ke arah satu truk amunisi dan gandengannya di satu jalan Zawia el-Argobe memelantingkan banyak serpihan ke rumah-rumah terdekat, katanya.

Empat yang tewas itu adalah perempuan, termasuk tiga anak-anak dari satu keluarga dengan usia antara 12 sampai 16 tahun, kata wartawan BBC di Brega, Ben Brown.

Tiga anak laki-laki yang berusia antara 14 sampai 20 tahun, juga terbunuh.

Smoke rises from the U.N. building in Mazar-e Sharif on Friday where 12 people died of violence, including eight U.N. staffers.
Check out CNN.com's Afghanistan Crossroads blog for the latest developments, and the Belief Blog for a timeline of Florida's Quran-burning pastor.

Kabul, Afghanistan (CNN) -- At least 12 people were killed Friday in an attack on a U.N. compound in Afghanistan that followed a demonstration against the reported burning last month of a Quran in Florida, authorities and a U.N. source with knowledge of the events said.

Eight workers for the United Nations and four Afghans were killed, said Abdul Rauof Taj, security director of Balkh province. At least 24 people were injured, he said.

In a written statement, U.N. Secretary-General Ban Ki-moon, citing preliminary reports, said it appeared that three international staffers and four international security officers were killed in the attack.

"Those who lost their lives in today's attack were dedicated to the cause of peace in Afghanistan and to a better life for all Afghans," he said.

A U.N .source said the dead included four Nepalese security guards as well as U.N. workers from Norway, Sweden and Romania. The U.N. Security Council was to meet Friday in closed session to discuss the attack.

U.N. Peacekeeping Director Alain Le Roy said five demonstrators were killed in the violence. One person's throat was cut, he said.

The attack followed a demonstration against the reported burning of a Quran by Florida pastor Terry Jones, who gained international attention last year when he announced that he was planning to burn a Quran, the U.N. source with knowledge of events said.

Jones is the pastor of the 60-member Dove World Outreach Center church near Gainesville. Last year, after an outcry followed his announcement of plans to burn a Quran on the ninth anniversary of the September 11, 2001, terrorist attacks, he canceled them. Last month, however, he reportedly did burn Islam's holy book.

The church says on its website that it planned to put the Quran on trial on March 20, and, "if found guilty of causing murder, rape and terrorism, it will be executed!" Another post on the website, which uses an alternative spelling for the book, says "the Koran was found guilty" during the mock trial and "a copy was burned inside the building."

On Friday, Jones said in an e-mailed statement that the attack in Afghanistan shows that "the time has come to hold Islam accountable."

"We must hold these countries and people accountable for what they have done as well as for any excuses they may use to promote their terrorist activities," he said.

The attack occurred at the operations center of the U.N. Assistance Mission in Afghanistan in Mazar-e Sharif, said Dan McNorton, a U.N. spokesman.

"The situation is still confusing and we are currently working to ascertain all the facts and take care of all our staff," he said.

Initial indications were that knives and small arms were used in the attack, according to a U.N. spokesman who declined to be identified.

Afghanistan President Hamid Karzai called the attacks "an act against Islam and Afghan values."

NATO Secretary General Anders Fogh Rasmussen said the victims were only trying to help the Afghan people.

"In targeting them, the attackers have demonstrated an appalling disregard for what the U.N. and the entire international community are trying to do for the benefit of all Afghans," he said.

U.S. President Barack Obama also condemned the attack. "We stress the importance of calm and urge all parties to reject violence and resolve differences through dialogue," he said.

White House spokesman Jay Carney said he would not speculate on the motivation behind the attack, but added that it was "in no way justified, regardless of what the motivation was."

The Council on American Islamic Relations released a statement condemning the attack. "Nothing can justify or excuse this attack," said the group, which describes itself as America's largest Muslim civil liberties and advocacy organization.

The United Nations' special representative to Afghanistan, Staffan de Mistura, was en route to Mazar-e Sharif to assess the situation, McNorton said.

Gangs of fighters are roaming the commercial capital

There has been fierce fighting in Ivory Coast's main city of Abidjan between the forces of UN-recognised president Alassane Ouattara and those loyal to his rival, incumbent Laurent Gbagbo.


Mr Ouattara's forces have made sweeping gains in the past week but have failed so far to defeat Mr Gbagbo in Abidjan.

Residents say they fear for their safety amid clashes at the presidential palace, TV station and other districts.

France, the UN and US have repeated demands for Mr Gbagbo to stand aside.

Mr Ouattara was internationally recognised as president last year, after the electoral commission declared him the winner of a November run-off vote, but Mr Gbagbo also claimed victory.

'He is at home'

Abidjan residents contacting the BBC have said they are afraid to go out of their homes.

One citizen, Maste, told the BBC: "We have been hearing loud gun sounds coming from everywhere and every corner."

Another said: "It's heavier than [Thursday], but we don't know if it's mortar or rockets. We don't know, but it's frightening."

Fighting was reported in the Plateau, Agban and Cocody districts, among others. Smoke rose from the area near the presidential palace. The gunfire appeared to lessen in late afternoon and into the evening.

The number of casualties is rising. Mego Terzian, of Doctors Without Borders, told Reuters it had treated at least 80 people in the past two days, many with gunshot wounds, adding: "The majority are young men, though we can not tell whether they are combatants or civilians."
Abidjan resident Yann: "I heard a lot of gunfire and explosions"

Mr Ouattara's forces have swept down from the north over the past week , capturing the capital Yamoussoukro and the key port of San Pedro.

Correspondents said it appeared Mr Gbagbo had only hours left as Mr Ouattara's men moved on the presidential palace and took the TV channel off air.

However, Gbagbo spokesmen insisted his forces had repulsed the attack.

One spokesman, Ahoua Don Mello, told AFP news agency that the assault on the palace, the TV station and Mr Gbagbo's residence in Cocody had all been failures. This cannot be independently confirmed.

However, Reuters reported that the Gbagbo-controlled RTI television was back on the air and broadcasting images of his swearing-in after the November election.

Mr Gbagbo's whereabouts have been unknown since last week's Ouattara offensive began but aides and diplomats suggested he was still in Abidjan.

Ahoua Don Mello denied Mr Gbagbo had fled the country, saying: "He is at home, obviously, with his wife and the whole family."

In a phone call to the BBC's Andrew Harding, the influential leader of the pro-Gbagbo Young Patriots also said Mr Gbagbo was not in any danger.

He called on Mr Ouattara to enter into dialogue "before it's too late" and said he had not yet called his Young Patriots on to the street.

One diplomat told AFP that "the frontlines did not change on Friday".

UN forces in Abidjan patrolled the business district in armoured cars and flew helicopters to conduct surveillance.

 The French military mission has been patrolling the streets
'Bloodbath'

France has announced it is increasing its force in Abidjan from about 900 troops to some 1,100.

Ouattara spokesmen insisted Mr Gbagbo's time in power was at an end.


Anna Ouloto said: "I don't think Laurent Gbagbo is capable of resisting for much longer with all the defections in his ranks... he is condemned to be removed."

Another spokesman, Guillaume Soro, said: "Laurent Gbagbo must step down to avoid a bloodbath. Hopefully he will or we will go and fetch him."

There have been a number of major defections from Mr Gbagbo's camp to Mr Ouattara's, including army chief General Phillippe Mangou.

The international community stepped up its pressure on Mr Gbagbo with a series of calls for him to stand aside.

US state department spokesman Mark Toner said: "We encourage Mr Gbagbo to read the writing on the wall."

French President Nicolas Sarkozy said in a statement: "France calls on Laurent Gbagbo, according to UN Security Council resolution 1975, to withdraw immediately, to cease from violence and give up power peacefully to President Alassane Ouattara."

West African bloc Ecowas urged Mr Gbagbo to give up power "to end the suffering of his country".

The UN mission in Ivory Coast (UNOCI) said the UN's special representative there had spoken to Mr Gbagbo's allies and was ready to "facilitate his departure if that is his wish".

A curfew called by Mr Ouattara from 2100 GMT to 0600 GMT in Abidjan remains in place. Land and sea borders remain closed although on Friday the air border reopened.

Semburan Gas Berapi Hebohkan Warga

Dicatat oleh arlisbest Khamis, 17 Mac 2011

Warga melihat semburan api yang keluar dari sebuah lubang yang berbentuk kawah kecil di lintasan jalan Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot menuju Terangon, Gayo Lues, Selasa (15/3). SERAMBI/TAUFIK ZAS

BLANGPIDIE – Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), khususnya di Kecamatan Babahrot, sempat heboh dan terkesima saat mendapati sebuah kejadian aneh: api menyembur dari sebuah lubang berbentuk kawah mini di lintasan jalan Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot menuju Terangon, Gayo Lues, sejak Selasa (15/3).

Semburan api di kilometer 10 itu menjulang hingga 2-3 meter. Kedalamannya delapan meter. Yang pertama menyaksikannya adalah seorang pria penggalas ikan (mugee ungkot) asal Abdya yang pulang dari Terangon pada Selasa (15/3) pukul 20.30 malam.

Informasi yang disampaikan penggalas ikan itu dengan cepat berkembang dari mulut ke mulut. Sehingga pada malam itu juga unsur Muspida Abdya yang terdiri atas Bupati Akmal Ibrahim SH, Kapolres AKBP Drs Subakti, dan Dandim Letkol ARM E Dwi Karyono turun ke lokasi untuk memastikan informasi yang beredar di tengah masyarakat.

Ternyata benar, ada semburan api yang keluar dari kawah mini itu. Semburan panas itu diduga mengandus gas metan (methane). Menurut pengakuan warga sekitar kepada Serambi di lokasi Rabu (16/3), lubang yang menyemburkan gas campur api itu berada di lahan milik M Adam (45), warga Gampong Ie Mirah. Letaknya berada di lokasi kawasan hutan lindung Km 10 lintasan Ie Mirah–Terangon.

Temuan itu sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga setempat, karena diperkirakan bisa memicu terjadinya kebakaran di kawasan hutan lindung tersebut.

Namun, setelah diamati dengan saksama, ternyata api yang menyembur dari lubang sedalam delapan meter itu tidak menyebar dan menimbulkan kebakaran di lingkungan sekitarnya. “Pada malam itu juga unsur muspika dan muspida turun langsung ke lokasi untuk mengantisipasi munculnya dampak-dampak yang tidak diinginkan,” kata Hasbi (37), warga Ie Mirah, kepada Serambi.

M Adam (45), pemilik lahan tersebut mengaku, munculnya api di lubang tersebut sangat mengagetkannya, karena ini yang pertama terjadi di lahan tersebut. Sejauh ini dia tak yakin kalau di lahan miliknya itu terkandung minyak bumi ataupun gas alam cair, karena semburan api dari lubang itu tidak mengeluarkan aroma gas ataupun bahan kimia lainnya.

Menurut M Adam, sebelum api menyembur di lokasi itu dia sempat membakar semak di areak tersebut. “Bisa saja api menjalar ke lubang tersebut karena mungkin ada kandungan batu baranya,” ujar Adam.

Fenomena biasa
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Abdya, Drs Ikhsan yang dihubungi Serambi terkait kejadian di Babahrot itu mengatakan, semburan api dari kawah mini itu merupakan fenomena alam biasa.

Ia menduga, kandungan gas yang ada di lokasi itu memiliki tekanan (pressure) tertentu, sehingga menyebabkan munculnya hole (lubang) dan mengeluarkan api akibat aktivitas yang memang dianggap alamiah. Namun demikian, pihaknya akan melakukan survei untuk meneliti lebih jauh fenomen alam tersebut.

“Kendati demikian, kita akan tunggu perkembangannya sepuluh hari. Jika api terus membesar, maka kita akan turunkan tim ahli untuk meneliti kandungan apa yang sebenarnya tersimpan di lubang tersebut,” tambah Ikhsan.

Sejauh ini, lanjut Ikhsan, data yang ia terima kandungan gas tersebut masih dalam volume yang sangat kecil, sehingga kalau dieksploitasi untuk tujuan ekonomis masih terlalu dini. “Perlu dilakukan pengkajian yang lebih detail,” ujar Drs Ikhsan. (tz)

Akses m.serambinews.com dimana saja melalui browser ponsel Anda.